Sumber: http://www.fachrin.tk/2010/10/kumpulan-script-untuk-memasang-tv.html#ixzz1BIDOCpHh

Selasa, 11 Januari 2011

Rusak Alamku Rusak Masa Depan Anakku

Kerusakan alam yang terjadi beberapa tahun ini memang luar biasa, mulai dari pembalakan liar, penambangan pasir liar, penangkapan hewan liar dan sebagainya. Dengan berbagai alasan yang sangat klasik yaitu pemenuhan kebutuhan ekonomi. Perusakan alam itu sangat jelas terjadi dan tidak lagi secara sembunyi-sembunyi. Orang secara sengaja menggali lahan pertanian mereka hanya sekedar menggali pasir yang berada dibawah lapisan tanah pertanian mereka. Kasus penggalian pasir terjadi di banyak tempat di Indonesia. Penggalian pasir yang terjadi di daerah Wonosobo, Jawa Tengah yang berada tepat dibawah kaki gunung Sindoro Sumbing misalnya. Mereka menggali pasir yang merupakan material tambang golongan C dengan membabi buta. Mereka tidak lagi memperhatikan bahaya yang terjadi jika semua pasir mereka ambil. Padahal menurut Sudaryatno, dosen Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, lapisan pasir yang berada dibawah permukaan tanah sangat berguna untuk meredam jika terjadi gempa. Ketika pasir itu diambil, maka fungsi itu secara otomatis akan hilang. Kasus penggalian pasir juga terjadi di pesisir selatan Kulon Progo. Pasir yang digali disana merupakan jenis pasir besi. Pasir besi itu terbawa oleh aliran sungai yang berasal dari Gunung Merapi. Penambangan terjadi sepanjang 22 km menjorok ke daratan sejauh 1,8 km dan mengendus permukaan tanah sedalam 14,5 m dengan volume pasir yang terambil mencapai 650 juta ton. Dengan kandungan bijih besi minimal 20% atau setiap 100 kg pasir disaring bijih besi minimal 20 kg. Hanya saja perhitungan selanjutnya tidak seperti teori, sperti diungkapkan Sudaryatno. Menurut berita WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) dalam situs http://www.walhi.or.id telah terjadi perusakan lingkungan di Pulau Enggano yang masuk dalam Kabupaten Bengkulu Utara dengan penebangan dan pencurian kayu di beberapa tempat di Pulau Enggano. Menurut dugaan dalam satu bulan kayu yang keluar dari Pulau Enggano sekitar 40 m3. Ironisnya lagi pembalakan liar itu didalangi oleh seorang anggota TNI yang bertugas disana. Sebenarnya jika ditimbang antara keuntungan yang diperoleh dengan manfaat yang hilang tentu tidak akan sebanding. Mereka hanya memikirkan keuntungan sesaat, tapi mereka lupa dengan nasib anak cucu mereka kelak. Jika sumber daya alam yang kita punyai diekspoitasi dengan semena-mena, bagaimana dengan nasib anak-anak kita? Mereka cuma akan dapat bencana dari tingkah orangtua mereka.

Mari lindungi alam kita....

Ketenangan Hidup




HIDUP ini seperti pergantian siang dan malam. Siang dengan ciri khasnya terang dan malam dengan ciri khasnya gelap. Orang yang mengetahui ilmunya, tentu tidak mempermasalahkan pergantian siang dan malam. Misalnya, ketika sudah tahu bahwa siang itu harus bekerja dan beraktivitas, maka ditunggulah siang. Karena tahu bahwa malam itu waktunya tidur, istirahat atau berusaha shalat tahajud, maka datangnya malam sangat dinantikan.

Memang, alangkah indahnya jika kita senantiasa mengetahui apa yang harus dilakukan dan apa yang akan kita hadapi. Yang kasihan adalah orang yang tidak siap menghadapi siang ataupun malam. Misalnya, siang takut terkena tagihan dan malam takut tidak bisa tidur. Begitu pula dalam menghadapi hidup ini. Orang yang tidak tahu rumusnya, maka dia akan selalu tegang. Mempunyai uang takut hilang, tidak punya uang takut tidak bisa membeli apa-apa. Musim mutasi takut kehilangan jabatan, sudah punya jabatan takut dipindahkan lagi.  Belum punya usaha takut tidak punya penghasilan, sudah punya usaha takut usahanya ambruk. Lantas, kapan bahagianya?

Sesungguhnya, setiap orang mendambakan ketenangan batin. Jika hati tenang, kita akan merasa lebih nyaman dalam melakukan berbagai macam aktivitas baik duniawi maupun ukhrowi. Sebenarnya, Allah SWT telah mengajarkan pada kita langkah nyata untuk mendapatkan ketenangan hati, yaitu dengan zikir. Sebagaimana firman-Nya, "Ingatlah dengan zikir mengingati Allah, hati akan tenteram." (QS Ar Ra'du: 28).
Dengan selalu mengingat Allah, hati akan tenteram. Sebaliknya, ketika kita jarang ingat pada Allah, hati akan kering dan gersang. Dengan kata lain, sejauh mana kita sungguh-sungguh ingin hidup tenteram, akan sangat terlihat dari berapa banyak waktu yang kita gunakan untuk berzikir kepada Allah.

Orang-orang yang tertambat hatinya kepada Allah, apa pun yang ia lihat, ia dengar, dan ia rasakan, selalu dikorelasikan dengan Dzat Pencipta alam semesta ini. Seorang ahli zikir akan jatuh dalam damai yang mendalam ketika merenungi hakikat pertumbuhan hidup manusia sejak masih dalam rahim, kemudian lahir hingga saat ajal tiba. Ketika dalam rahim, janin manusia lemah tidak berdaya, namun semakin besar semakin kuat hingga sampai di puncak kekuatannya. Semakin tua kekuatan itu mulai pudar, hingga manusia seolah kembali ke tingkat kekuatan bayi yang lemah. Semua ini tidak terjadi melainkan karena kuasa Allah SWT. Semakin banyak mengingat Allah, maka kadar keimanan akan semakin bertambah. Ia tidak akan takut diancam oleh apa dan siapa pun makhluk yang ada di dunia ini. Ia hanya merasa takut akan ancaman dan murka Allah.

Orang yang telah mencapai derajat ini tidak pernah merasa waswas dalam bertindak. Tiap-tiap sesuatu yang dia hadapi dijadikan sebagai ladang amal. Bahkan dalam bertransaksi sekalipun ia akan memikirkan keuntungan bagi orang lain. Ia tidak khawatir dengan harga yang dipatok pedagang. Ia akan merasa bahagia jika mampu berbagi rezeki dengan orang lain. Ia sangat yakin bahwa yang mengatur rezeki adalah Allah dan ia akan berjuang sekuat tenaga agar rezeki itu jatuh ke tempat yang barakah. Ia tidak takut hartanya akan habis, sebab yakin bahwa Allah akan memberi kelapangan rezeki bagi siapa pun yang berhati murah dengan banyak berderma.

Tentu saja, berzikir harus senantiasa dilakukan setiap saat, sebab bila seseorang hanya mengingat Allah ketika salat saja, maka ia akan selalu gelisah di luar salat. Ada yang ingat Allah hanya ketika ia mendapat ancaman saja. Bahkan ada yang benar-benar tidak tahu siapa itu Allah selama hidupnya. Na'udzubillahi min dzalik. Orang yang tidak kenal Allah, sehebat apa pun ia, sebanyak apa pun harta yang dimilikinya, serat setinggi apa pun derajatnya di mata manusia, sungguh ia akan selalu dicekam gelisah.

Upaya untuk terus berzikir hendaknya diiringi dengan sabar dan syukur. Sebab kedua aspek tersebut dapat menghindarkan kita dari kebiasaan marah terhadap sesuatu yang telah mengecewakan hati. Padahal kemarahan yang kita luapkan bisa jadi karena tidak tercapainya keinginan atau harapan tinggi yang kita miliki. Semestinya, kita harus siap menerima kenyataan, bahwa hidup ini penuh risiko dan tidak selamanya sesuai dengan apa yang kita inginkan. Mengapa? Sebab ketika kita mempunyai rencana, maka Allah juga mempunyai rencana. Renungilah Al Quran surat Al Hadiid ayat 22-23. Wallahua'lam.

Mengapa Mendaki Gunung ???

Bagi orang awam, kiprah petualang seperti Pendaki Gunung selalu mengundang pertanyaan klise : mau apa sih ke sana ?. Pertanyaan sederhana, tetapi sering membuat bingung yang ditanya, atau bahkan mengundang rasa kesal. George F Mallory, pendaki gunung terkenal asal Inggris, mungkin cuma kesal saja ketika menjawab : because it is there, karena gunung ada disitu!, Mallory bersama seorang temannya, menghilang di Pucuk Everest pada tahun 1924.

Beragam jawaban boleh muncul, Soe Hok Gie, salah seorang pendiri Mapala UI, menulisnya dalam sebuah puisi : ” Aku Cinta Padamu Pangrango, Karena Aku cinta Keberanian Hidup ”. Bagi pemuda ini, keberanian hidup itu harus dibayar dengan nyawanya sendiri. Soe Hok Gie tewas bersama seorang temannya Idhan Lubis, tercekik gas beracun dilereng kerucut Mahameru, Gunung Semeru, 16 Desember 1969, dipelukkan seorang sahabatnya, Herman O Lantang.

Pemuda aktif yang sehari-hari terlibat dalam soal-soal pelik di dunia politik ini mungkin menganggap petualangan di gunung sebagai arena untuk melatih keberanian menghadapi hidup. Mungkin pula sebagai pelariannya dari dunia yang digelutinya di kota. Herman O Lantang yakin bahwa sahabatnya itu meninggal dengan senyum dibibir. ” Dia meninggal ditengah sahabat-sahabatnya di alam bebas, jauh dari intrik politik yang kotor ” ujarnya.

Motivasi melakukan kegiatan dialam bebas khususnya Mendaki Gunung memang bermacam macam. Manusia mempunyai kebutuhan psikologis seperti halnya kebutuhan-kebutuhan lainnya: Kebutuhan akan pengalaman baru, Kebutuhan untuk berprestasi, dan Kebutuhan untuk diakui oleh masyarakat dan bangsanya. Mendaki gunung adalah salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu, disadari atau tidak. Semua ini sah, tentu saja.

Sebenarnya yang paling mendasar dari semua motivasi itu adalah rasa ingin tahu yang menjadi jiwa setiap manusia. Rasa ingin tahu adalah dasar kegiatan mendaki gunung dan petualangan lainnya. Keingin-tahuannya setara dengan rasa ingin tahu seorang bocah, dan inilah yang mendorong keberanian dan ketabahan untuk menghadapi tantangan alam. Tetapi apakah sebenarnya keberanian dan ketabahan itu bagi Pendaki Gunung ?

Peter Boardman, Pendaki Gunung asal Inggris, menjadi jenuh dengan pujian-pujian yang bertubi-tubi, setelah keberhasilannya mencapai Puncak Everest melalui Dinding Barat Daya yang sulit di tahun 1975. Peter Boardman yang kemudian hilang di Punggung Timur Laut Everest tahun 1982 menulis arti Keberanian dan Ketabahan baginya.

” Dibutuhkan lebih banyak Keberanian untuk menghadapi kehidupan sehari-hari yang sebenarnya lebih kejam daripada bahaya pendakian yang nyata. Ketabahan dibutuhkan lebih banyak untuk bekerja di kota daripada mendaki gunung yang tinggi.”

Keberanian dan Ketabahan yang dibutuhkan ketika mendaki gunung cuma sebagian kecil saja dari hidup kita. Bahaya yang mengancam jauh lebih banyak ada didunia peradaban, di perkotaan ketimbang digunung, hutan, dalam goa, dan dimana saja dialam terbuka.

Di dunia peradaban modern, di kota, begitu banyak masalah yang membutuhkan Keberanian dan Ketabahan untuk menyelesaikannya. Di gunung, masalah yang kita hadapi hanya satu : ”Bagaimana mencapai puncaknya, lalu turun kembali dengan selamat.”

Seorang psikolog pernah mengatakan, ”bahwa mereka yang menggemari petualangan di alam bebas adalah orang-orang yang mencintai Kematian.” Ini pendapat yang salah dan keliru besar. Kenapa? Mereka yang berpetualang di alam bebas sebenarnya begitu menghargai kehidupan ini. Ada keinginan mereka untuk memberi arti yang lebih bernilai dalam hidup ini. Mereka berpetualang di alam bebas untuk mencari arti hidup yang sebenarnya. Tak berlebihan bila seorang ahli filsafat mengatakan: ” Didalam hutan dan alam bebas aku merasa menjadi manusia kembali.”

Petualang yang tewas di gunung (kegiatan alam bebas lainnya), bukanlah orang yang mencintai kematian. Kematiannya itu sebenarnya tak berbeda dengan kematian orang lain yang tertabrak mobil di jalan raya atau terbunuh perampok. Yang pasti, Mereka tewas justru dalam usahanya untuk menghargai kehidupan ini. ” Hidup itu harus lebih dari sekedarnya ” tulis Budi Laksmono yang tewas digulung jeram Sungai Alas, Aceh, 1985.

George F. Mallory, Soe Hok Gie, Idhan Lubis, Norman Edwin, Didiek Samsu, Peter Boardman, Budi Laksmono, dan banyak lagi petualang dan penjelajah alam bebas lainnya yang gugur dalam misinya, Mereka semua adalah yang sangat menghargai  KEHIDUPAN !

HIDUP ADALAH SOAL, KEBERANIAN, MENGHADAPI YANG TANDA TANYA
TANPA KITA MENAWAR  ” TERIMA DAN HADAPILAH ”

Soe Hok Gie

Senin, 10 Januari 2011

Keluar Dari Zona Nyaman !!!!

Kutipan yang aneh? Mengingat berbagai orang di penjuru dunia berlomba – lomba mengejar kemapanan?

Kemapanan berarti zona nyaman. Zona nyaman bermakna area dalam kehidupan anda dimana anda nyaman hidup di dalamnya sehingga anda selalu hidup dan mengulangi area kecil dalam hidup anda itu.
Perhatikan mereka yang hidupnya biasa – biasa saja. Mereka yang hidupnya biasa – biasa saja adalah mereka yang tidak melakukan perubahan atau inovasi dalam hidupnya. Ya begitu – begitu saja.

Pertanyaannya adalah, mengapa mereka begitu – begitu saja dan tidak melakukan perubahan / inovasi? Karena mereka terjebak dalam perputaran kehidupan. Mereka terlanjur nyaman dalam pola kehidupan yang dijalani. Masalahnya adalah, pola hidup yang mereka jalani merupakan pola hidup yang tidak mengarah pada pencapaian luar biasa.

Contoh sederhana : Mahasiswa. Berapa banyak mahasiswa yang pencapaiannya luar biasa? Sedikit. Maaf kata saya mengatakan hal ini, namun kenyataannya adalah kebanyakan mahasiswa negeri ini masih menjadi beban finansial bagi orang tuanya. Apakah beban finansial yang ditanggung oleh orang tua merupakan kenyamanan? Kebanyakan pasti berkata iya. Cukup menuntut ilmu dengan serius, dan biarkan biaya kehidupannya ditanggung orang tua. Hidup seperti itu nyaman sekali. Itulah alasan kebanyakan mahasiswa terjebak dalam pola kuliah – nongkrong – mengerjakan tugas – istirahat. Mana pola yang mengarah kepada penciptaan inovasi kehidupan?

ganti variabel yang saya garis bawahi dengan profesi lain. Anda akan menemukan polanya.

Zona nyaman menjebak. Kenyamanan membuat anda bergerak berputar di lingkaran kecil tindakan yang menurut anda nyaman dan tidak melihat lingkaran yang lebih besar dimana pencapaian besar bersemayam.
Sekarang, mari kita lihat kehidupan kita masing – masing.

Apa zona nyaman anda? Apa yang dihasilkan oleh tindakan yang hanya berputar di zona nyaman saja? Apa tujuan besar hidup anda? Apakah anda memutuskan untuk keluar dari zona nyaman anda dan melakukan perubahan?

Karena hidup adalah untuk menjadi pribadi yang selalu lebih baik setiap harinya, mari bergerak melakukan perubahan.